Sering kali kita menilai jalannya kehidupan dan kejadian dalam hidup
terlalu dini, padahal kita hanya melihat sepotong-sepotong atau
sepenggal dari semua jalan dan kejadian yang ada dari kehidupan kita,
dan parahnya lagi kita sering berprasangka buruk terhadap Allah dengan
kehidupan yang kita alami, lebih buruk lagi kita sering menjadi seorang
hamba yang tidak pandai bersyukur, Astaghfirullah…, jangan sampai kita
melakukan ini semua.
Mungkin dari kita pernah mengalami atau melakukannya, namun tidak kita
sadari atau kita sadari, bahkan sengaja kita lakukan, inilah kelemahan
manusia yang selalu saja terjadi, makanya kita diajarkan untuk selalu
melakukan pertobatan disetiap saat bila kita sadar akan kesalahan dan
kekeliruan yang kita lakukan, segeralah bertobat!
Hal serupapun telah aku alami pagi ini disaat aku bangun dari tidurku,
Ibuku mengingatkanku untuk segera bangun dan sholat shubuh, tapi malah
aku sedikit menunda dengan alasan masih mengantuk, dan dengan sabar
Ibuku kembali membangunkanku dan mengatakan, “Ayo Ti…bangunlah nak…nanti
waktu shubuhnya terlewatkan lho!”.
Dengan sedikit rasa malas, aku segera bangun dan mengambil air wudhu,
lalu segera sholat dan kembali Ibuku mengingatkan untuk berdoa dan
lakukan pertobatan.
Setelah sholat aku menanyakan kepada Ibuku, “Bu mengapa kita harus
melakukan pertobatan, bukankah dengan berdoa saja sudah cukup?”
Dengan senyum bijak Ibuku berkata, “Bukan begitu nak…, selain kita
berdoa setiap hari kita juga harus melakukan pertobatan atas semua
kekhilafan kita, baik yang sengaja atau yang tidak sengaja, dan
kebanyakan kita jarang melakukan pertobatan atas kekhilafan yang tidak
kita sengaja itu, makanya kita harus melakukan pertobatan disetiap
kesempatan agar Allah selalu mengasihi kita”.
“Apa sih bu kehilafan yang sering kita lakukan tapi kita tidak menyadarinya?’, tanyaku.
“Kekhilafan yang sering kita lakukan dan sering tidak kita sadari adalah
kekhilafan seperti kita selalu berprasangka buruk kepada Allah padahal
semua rencana Allah buat hidup kita pasti baik, atau kita selalu saja
menilai kejadian hidup kita sepenggal atau sepotong-sepotong dan masih
banyak yang lain-lainnya, maka kita diharuskan segeralah bertobat
disetiap kesempatan, jangan hanya bertobat disaat kita menyadari
kesalahan yang kita lakukan”.
Tetap saja aku tidak memahami semua ucapan-ucapan yang baru saja Ibuku
katakan itu, tapi Ibuku menjelaskan dengan sabar dan memberikan contoh
nyata berupa cerita, inilah pesan dalam cerita Ibuku;
Pernah ada seorang tua yang miskin, hidup disebuah desa dan memiliki
seekor kuda putih yang sangat gagah dan kuat, banyak orang yang tertarik
dengan kudanya itu dan berani menawar dengan harga yang tinggi, tapi
dia selalu menolaknya.
Suatu pagi ia menemukan kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh
penduduk desa mengejek dia dan mereka mengatakan, “kuda itu hilang dan
itu berarti musibah buatmu!”. Orang tua itu berkata, “Yang saya tahu
hanya kandang kuda itu kosong dan kuda itu pergi, selebihnya saya tidak
tahu, apakah ini musibah atau ini sebuah nikmat buatku”.
Sesudah dua minggu lamanya, kuda putih itu kembali, ternyata kudanya
tidak hilang, hanya lari ke dalam hutan dan kuda itu juga membawa
sekitar selusin kuda liar bersamanya. Penduduk desapun berkata, “Orang
tua kamu benar dan kami salah, yang semula kami anggap musibah ternyata
semua itu adalah nikmat”.
Orang tua itu menjawab lagi, “Kalian katakan saja bahwa kuda itu sudah
pulang dan selusin kuda ikut bersamanya, tapi jangan menilai, bagaimana
kalian tahu bahwa ini sebuah nikmat, kalian hanya melihat sepotong saja
dari kejadian ini”.
Orang tua ini mempunyai seorang anak dan anaknya terjatuh dari salah
satu kuda liar yang ia tunggangi dan kedua kakinya patah. Sekali lagi
penduduk desa berkata, “Kamu benar, ternyata selusin kuda liar itu
musibah buatmu!”.
Kembali orang tua itu berkata, “Jangan keterlaluan…, katakan saja bahwa
anak saya patah kaki, kita tidak tahu itu musibah atau itu nikmat”.
Seminggu kemudian desa itu diserang oleh desa dari negeri lain dan
terjadilah peperangan yang sangat ramai, dan semua anak muda di desa itu
diharuskan ikut berperang untuk mempertahankan desa mereka dari
serangan musuh, kecuali anak orang tua itu karena anaknya sedang terluka
akibat kedua kakinya patah. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di
rumah orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak
mereka sudah dipanggil untuk ikut berperang. Dan salah satu penduduk
desa berkata, “Kamu benar orang tua, kecelakaan anakmu merupakan nikmat,
bukan musibah, sehingga anakmu masih bersamamu saat ini”.
Orang tua itu berkata lagi, “Tidak ada yang tahu, katakan saja
anak-anak kalian harus pergi berperang dan anak saya tidak, dan tidak
ada yang tahu ini musibah atau nikmat”.
Begitulah kejadian-kejadian hidup berjalan dan kita tidak tahu apa rencana Allah buat hidup semua hamba-hambaNya.
Kita sering membuat nilai dan kesimpulan tanpa analisa yang dalam atas
semua kejadian yang ada. Kita hanya tahu sepotong-sepotong dari seluruh
kejadian. Dan tidak jarang kitapun sering berprasangka buruk kepada
Allah atas sebuah kejadian hidup yang kita alami, sering kita kecewa
dengan sebuah kejadian, tapi kita tidak menyadari ada ‘rencana indah’
dibalik kejadian itu, tapi kita terlalu dini untuk menyimpulkan dengan
berprasangka buruk kepada Allah Sang pemilik hidup ini, Oleh sebab itu
janganlah kita selalu menilai semua kejadian hidup kita secara
sepotong-sepotong atau sepenggal-sepenggal, karena Allah pasti punya
rencana buat hidup semua hamba-hambaNya, dan semua rencana Allah itu
pastilah ‘Indah’ dan yang pasti keindahan rencana Allah itu akan
terlihat indah ‘tepat’ pada waktunya.
Inilah cerita yang Ibuku sampaikan pagi ini sesaat setelah aku melakukan
sholat shubuh tadi, dan aku sangat terkesima sekali dengan kisah yang
Ibuku ceritakan itu, bahwa kita selalu saja melakukan kekhilafan dan
kesalahan baik yang disengaja atau tidak dan baik yang kita sadari atau
tidak, itulah sebabnya Ibuku mengajarkan aku untuk selalu melakukan
pertobatan disetiap saat, bukan saja kita melakukan pertobatan disaat
kita menyadari semua kesalahan yang kita lakukan, tapi kita juga harus
bertobat atas semua kesalahan kita termasuk yang luput dari kesadaran
kita.
- Dunia Islam
- Islam Nusantara
- |
- Islam Mancanegara
- |
- Mualaf
- |
- Hikmah
- |
- Khazanah
- |
- Fatwa
- |
- Tasawuf
- |
- Buku Islam
- |
- Wakaf
- |
- Pojok Arifin Ilham
- |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar